Rabu, 24 Juni 2009

ABSTRAK


MANAJEMEN PERUBAHAN ORGANISASI

SEKOLAH LUAR BIASA

(Study kasus tentang Implementasi peran SLB Negeri Citeureup

sebagai Resource Centre pendidikan inklusif )

Oleh :

Dadang Rahman Munandar

NIM : 039755

Penyelenggaraan pendidikan pada tataran mikro khususnya di SLBN Citeureup dihadapkan pada tuntutan dinamika perubahan dari lingkungan eksternal dan internal sekolah yang mendorong dan menjadi pemicu perubahan organisasi sekolah. Bagaimana perubahan organisasi sekolah dikelola sehingga memiliki kesesuaian dengan apa yang diharapkan oleh pengelola sekolah dan stakeholder sekolah? hal ini dijadikan kajian pengelolaan perubahan organisasi, khususnya tentang Implemetasi peran SLB Negeri Citeureup sebagai Pusat Sumber (Resource Centre) dalam layanan pendidikan inklusif

Masalah penelitian yang jadi kajian adalah: (1) bagaimana proses perubahan organisasi SLBN Citeureup sebagai Resource Centre (RC) dalam layanan pendidikan inklusif ditinjau dari faktor pemicu perubahan, aspek-aspek yang mengalami perubahan, faktor penghambat dan pendung perubahan, Adopsi inovasi perubahan, (2) bagaiman strategi perubahan organisasi (3) Bagaimana peran kepemimpinan Kepala SLBN Citeureup sebagai RC untuk mewujudkan layanan pendidikan inklusif

Melalui metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, masalah penelitian di atas dipecahkan dengan menggunakan teknik observasi, wawancara, dan studi dokumen. Responden penelitian adalah kepala sekolah, guru-guru, pengurus komite sekolah, dan staf tata usaha.

Temuan hasil penelitian menunjukan bahwa : (1) proses perubahan organisasi di SLBN Citeureup yang diteiliti lebih banyak dipicu oleh faktor eksternal sekolah, beberapa aspek perubahan (prilaku individu, tugas, struktur, teknologi) dikelola mengarah pada perubahan implementasi peran SLBN Citreup sebagai RC. Suatu hal/kondisi menjadi pendukung perubahan organisasi sekolah manakala dalam prosesnya memberikan arahan yang kuat bagi personil sekolah untuk melakukan suatu perilaku, dan menjadi penghambat perubahan manakala pemahaman, keterampilan dan sumber daya pendukung akan hal tersebut tidak dimiliki sekolah, sehingga tidak menjadi arahan bagi penyelenggaraan sekolah. Ada beberapa hal yang berkaiatan dengan tahapan adopsi inovasi layanan pendidikan inklusif diabaikan sehingga menimbulkan persepsi yang berbeda diantara warga sekolah. (2) Strategi kepala sekolah dalam mengubah organisasi sekolah cenderung belum didukung oleh sumber daya sekolah berupa: keterampilan SDM sekolah (perilaku individu), kejelasan dalam penataan tugas-tugas, peran dan tanggungjawab setiap personil sekolah serta perekayasaan media sarana pendukung. (3) Implementasi peran kepemimpinan kepala sekolah menunjukkan masih ada kelemahan dalam pengembangan arah sekolah dalam waktu jangka panjang.

Kesimpulan dan implikasikan temuan, menunjukan bahwa guru-guru dan kepala SLBN Citeureup menjadi lebih peka terhadap berbagai tuntutan perubahan eksternal,; semakin sekolah memiliki kejelasan akan aspek, arah dan tujuan yang harus dicapai, semakin mudah sekolah mengkategorikan faktor pendukung atau penghambat perubahan organisasi sekolah; sebaliknya strategi perubahan organisasi sekolah yang tidak mengakar pada perubahan keyakinan, pola pikir, dan kebiasaan dalam berperilaku akan menjadikan perubahan dalam kondisi jalan di tempat, dan implementasi peran kepemimpinan kepala sekolah yang belum mengelola arah pengembangan sekolah menyebabkan kebingungan pada warga sekolah mengenai apa yang harus dilakukan.

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi, direkomendasikan: (1)sekolah harus mengembangkan rencana stratejik sekolah, (2) pengubahan organisasi sekolah harus disertai dengan perubahan pada keyakinan, pola pikir, kebiasan-kebiasan kerja personil sekolah, dan (3) Upaya-upaya pengelolaan layanan sekolah harus diarahkan kepada pengguna dalam hal ini seluruh warga sekolah, peserta didik, orang tua, dan masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar